Semarang – Sebanyak 500 penyandang disabilitas Jawa Tengah berikrar bahwa mereka tidak memerlukan belas kasihan dari siapapun. Yang mereka butuhkan adalah akses dan ruang yang sama.
Ikrar tersebut dibacakan langsung di hadapan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, saat peringatan Hari Disabilitas Internasional ke 27 di Gedung Wanita Jalan Sriwajaya Semarang, Rabu (11/12/2019).
Setidaknya ada tiga ikrar yang mereka sampaikan, yakni menyatakan kesetiaannya pada NKRI dan Pancasila, kesetiaannya kepada pemerintah dan berikrar tidak membutuhkan belas kasihan dari siapapun.
“Kami, para penyandang disabilitas Jawa Tengah berikrar tidak membutuhkan belas kasihan dari siapapun. Yang kami inginkan adalah akses dan ruang yang sama,” kata petugas pembaca ikrar dari atas kursi roda. Apa yang mereka ikrarkan tidak hanya sekedar lesan atau formalitas belaka.

Mempertegas keinginan mereka yang tidak ingin dikasihani, seluruh acara peringatan Hari Disabilitas Internasional mereka kelola sendiri.
Ratusan penyandang disabilitas dari seluruh Jawa Tengah bahu membahu
menata dan mengelola keberlangsungan acara itu. Dari mengatur rundown
acara, menampilkan pertunjukan kesenian hingga pameran kerajinan.
Gubernur Ganjar Pranowo pun langsunb memberikan pujian atas kemandirian
mereka.
“Mereka tidak perlu dikasihani tapi diberi akses. Benar apa yang
mereka katakan. Kalau mereka melakukan aktivitas sendiri mengelola
sendiri kan menarik. MC dari mereka yang ngisi dari mereka. Dan mereka
pamer kerajinan mereka,” kata Ganjar Pranowo.
Bahkan Ganjar juga menyatakan kegamannya atas penampilan Perca Voice, grup band tuna netra dari Sahabat Mata Semarang yang juga turut menjadi pengisi acara.
Selain kemampuan bermain musik yang bagus, olah vokal vokalisnya menurut Ganjar di atas rata-rata. “Yang nyanyi suaranya luar biasa. Mestinya kalian sudah rekaman,” kata Ganjar.
Pada kesempatan itu, penyandang tunarungu dari Magelang menampilkan pertunjukan Tari Soreng. Meski tidak mendengar, gerakan mereka sangat padu dengan gamelan yang mengiringi. Menurut Ganjar sudah semestinya paradigma mengenai disabilitas diubah.
“Mereka mengatakan kepada saya, kami normal, pak karena Tuhan memberi kenormalan kami seperti ini. Normalnya Pak Ganjar dengan kami beda. Itu paradigma baru bagi saya, maka kita sebagai pemerintah harus punya paradigma baru,” katanya.
Usai memberikan sambutan, Ganjar lantas keliling stand pameran karya para penyandang disabilitas dari 35 kabupaten/kota di Jateng. Sebagian besar stand diisi dengan cara-cara disabilitas dalam meningkatkan perekonomian, dari cetak kaos, kerajinan tangan, snack sampai stand tukang pijat.
“Karya-karyanya baik semua. Kemandirian dari kawan-kawan itu akan sangat membantu diri sendiri maupun keluarga yang otomatis akan membantu negara,” katanya.
Sumber sigijateng.id