Pati – Hama wawung selama ini masih menjadi musuh utama bagi pembudidaya kelapa kopyor di Kabupaten Pati. Bahkan untuk pengendalian hamanya, dinilai masih relatif sulit.
Padalah, kelapa kopyor merupakan hasil bumi yang menjadi unggulan Kabupaten Pati. Selain itu, para penikmat kelapa kopyor luar daerah juga sangat banyak.
Kepala Dinas Pertanian Pati, Muchtar Efendi mengatakan, sejauh ini pihaknya sering memberikan bantuan bibit kelapa kopyor kepada petani untuk mendongkrak produksi. Hanya saja, untuk produksinya masih terkendala oleh musuh alami tumbuhan tersebut yakni hama Wawung.
“Untuk memerangi hama Wawung, upayanya macam-macam. Kemarin dari Jawa Timur sudah kita datangkan untuk pengendalian hama, cuma memang bertahap tidak bisa langsung terasa,” ujarnya, Jumat (7/2/2020).
Upaya lain selain pengendalian hama, adalah dengan memperbanyak bibit kelapa kopyor yang berkualitas melalui sejumlah mekanisme dan pengembangan di laboratorium.
“Tahun ini sebetulnya sudah punya culture embrio untuk memperbanyak kelapa kopyor. Dari hasil tunasnya itu dikulturkan, dihidupkan, dikembangkan di laboratorium, teknologinya itu sederhana tapi kualitas kelapa kopyornya itu seratus persen kopyor,” papar Muchtar.
Disebutkannya, ada tiga sentra utama perkebunan kelapa koyor di Kabupaten Pati, yakni di Kecamatan Dukuhseti, Tayu, dan Margoyoso. Meski begitu, pihaknya masih belum mampu memenuhi kebutuhan di Indonesia.
“Kebutuhan lokal sini memang cukup, lalu permintaan dari luar luar Jawa itu sangat banyak. Bicara untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri saja kita sudah kewalahan, apalagi luar negeri,” bebernya.
Muchtar memaparkan, ada tiga varietas kelapa genjah di sentra kelapa kopyor yakni genjah hijau, kuning dan coklat. “Dulu, kepala ini dilepas Menteri Pertanian pada tahun 2010 ada tiga varietas genjah yang hijau, kuning, sama coklat,” jelasnya.
Ditambahkan, harga untuk satu butir kelapa kapyor antara Rp 30-45 ribu dari tangan petani. Terkait kualitas, ia mengatakan, jika kepala kopyor genjah rendemen kopyornya lebih tinggi, dibandingkan kopyor biasa.
“Genjah yang kecil itu rendemen kopyornya gak mau kalah, tinggi yang genjah. Hanya saja karena ukurannya kecil, banyak yang memilih yang besar karena cocok buat oleh-oleh,” tandasnya.
Terpisah, Dimas Anwar seorang petani kelapa kopyor asal Desa Ngagel, Kecamatan Dukuhseti, memiliki cara untuk mengurangi populasi hama serangga Wawung yang membunuh pohon kelapa.
“Hama ini musuh alaminya kan tupai, jadi gimana caranya kita tidak mengganggu atau memburu tupai. Wawung ini gak ada kalau mencium aroma kencing tupai,” tutupnya.
Sumber murianews.com