Rembang – Dumbek adalah salah satu jajanan yang paling khas dari Kabupaten Rembang. Bentuknya lonjong mengerucut dengan lilitan daun lontar melingkar dari atas sampai bawah.
Makanan yang terbuat dari campuran gula aren, santan, tepung tapioka dan tepung ketan yang ditaburi kelapa muda ini, diperkirakan sudah ada sejak ratusan tahun lalu dan menjadi camilan favorit zaman Walisongo. Hingga kini penganan dengan rasa legit ini masih sangat mudah dijumpai di Rembang atau di kota-kota sekitarnya.
Pada momen-momen istimewa, seperti saat Lebaran dan acara mantu, dumbek tak pernah absen dari meja tamu. Warga biasa membuat sendiri makanan ini, namun tak sedikit juga pedagang yang menjual dumbek siap saji di pasar-pasar tradisional.
“Kalau ada acara Sedekah Bumi pasti ada dumbek. Kurang lengkap kalau tidak ada makanan peninggalan nenek moyang itu,” kata Sutiyono (45) warga Karangasem, Kecamatan Bulu, Rembang, Selasa (25/2/2020).

Saat ini hampir di setiap tempat-tempat wisata di Rembang, warga sekitar banyak yang menjajakan dumbek. Salah satunya di Pasar Mbrumbung di Kecamatan Kaliori, yang menyediakan banyak makanan tradisional khas Rembang.
Namun ternyata, bentuk dumbek yang lonjong mengerucut itu punya makan filosofis yang cukup dalam.
Sejarawan asal Rembang, Edi Winarno dalam beberapa kesempatan menyebut jika bentuk dumbek berkait erat dengan keseburan lelaki.
Dumbek dengan bentuknya yang lonjong dan dibungkus daun lontar bisa dimaknai sebagai salah satu simbol kesuburan bagi laki-laki. Bentuknya yang panjang diartikan sebagai lingga atau alat kelamin laki-laki.
Selain itu makanan ini sering disuguhkan dengan jadah atau ketan yang melambangkan perempuan.
“Selain dumbek sebenarnya ada satu lagi pasangannya yakni jadah genduk, yang bentuknya seperti yoni atau alat vital perempuan. Keduanya ini merupakan simbol dari kesuburan sebuah wilayah,” ujarnya.
Selain itu, ia juga menyebut ada makna religius dan dalam dari makanan ini. Mulai dari lontar sebagai pembungkusnya, menandakan adanya sifat tawadu dengan Sang Khalik.
Ibarat daun lontar selalu menunduk tumbuhnya. Bentuknya juga unik, seperti tangga dari putaran kecil sampai besar. Ini ibarat, hidup harus berusaha dari hal kecil sampai besar.
Dari dumbek bisa didapatkan filosofi bagiamana memahami perjalanan manusia untuk sampai pada kesejatian, sekaligus cara untuk memperoleh manisnya kehidupan. Semuanya dapat dijalani dengan tekun, tawadu, bersabar, berilmu, dan bersih lahir batin.
Sumber murinews.com https://www.murianews.com/2020/02/25/183219/ada-makna-tersembunyi-dari-bentuk-lonjong-dumbek-khas-rembang.html