Walikota Semarang Hendrar Prihadi dan KSP Moeldoko Diusir Komunitas Aksi Kamisan di Festival HAM Semarang, Ini Kronologinya

oleh -7 views
Walikota Semarang, Hendrar Prihadi mengembalikan microphone kepada Komunitas Aksi Kamisan Semarang, saat ia mendampingi Kepala Staf Presiden (KSP) Purn. Jenderal Moeldoko yang tidak diizinkan berbicara dan diusir. (Foto: Mushonifin)

Beritaplatk, Semarang- Momen tidak mengenakkan dialami Kepala Staf Presiden (KSP) Purn. Jenderal Moeldoko dan Walikota Semarang, Hendrar Prihadi, saat hadir berkunjung dalam Festival HAM di Hotel PO Semarang, Kamis (18/11/2021).

Sebab, mereka berdua diusir dan tidak diberi panggung oleh Komunitas Aksi Kamisan Semarang, yang melakukan aksi di Taman Signature tepatnya di depan Paragon Mall Jl. Pemuda Semarang, yang menjadi pusat rangkaian agenda Festival HAM digelar.

Kejadian berawal saat Moeldoko hendak masuk ke Paragon Mall dan melihat Komunitas Aksi Kamisan berorasi. Moeldoko dan Hendrar Prihadi kemudian mendatangi mereka, dan meminta microphone untuk memberikan orasinya juga.

Koordinator Aksi Kamisan, Azis Rahmadi mengatakan, pengusiran tersebut dilakukan karena Moeldoko dan Hendi ingin mencuri panggung rakyat. Hal itu, menurut Azis, tidak pantas dilakukan.

“Mereka berusaha untuk mencuri panggung, meminta mic dan berbicara,” ujar Azis.

Melihat hal itu, ketika Moeldoko memegang mic dan bicara, massa aksi langsung menolak dan menyuruh mereka segera pergi dengan meneriakkan yel-yel.

Cornell Gea, salah satu pendamping dari LBH Semarang mengatakan, beberapa alasan massa aksi menyuruh mereka pergi adalah karena aksi Kamisan Semarang adalah panggung rakyat, bukan tempat Oligarki bicara.

“Moeldoko, Hendrar Prihadi dan Komnas HAM sudah jelas tau seluruh rangkaian pelanggaran hak hak warga, lebih baik mereka segera mengerjakan tanggung jawab nya untuk melindungi dan memenuhi hak warga,” ujar Cornell.

Cornell mengatakan Moeldoko, Hendrar Prihadi sudah disiapkan panggung yang nyaman dibayar pake uang rakyat dalam festival HAM, kenapa masih juga mau mengambil panggung rakyat.

“Massa aksi kamisan Semarang melakukan aksi berdasar pada cerita rakyat dalam dua hari festival rakyat 16-17 November yang menyatakan sikap dengan jelas; gerakan rakyat berhenti kooperatif terhadap Rezim Kapitalisme Oligarki. Termasuk memberi panggung kepada para Oligarki,” ujar Cornell.

Baca Juga:  Rawan Bencana Alam, Pemkab Demak Tingkatkan Kewaspadaan

“Oleh karena itu, Aksi Kamisan Semarang menuntut kepada pemerintah untuk segera berhenti melakukan perampasan ruang hidup warga, merusak lingkungan hidup warga, memeras keringat buruh untuk membuat yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin,” tutup Cornell.

Setelah mendapat perlakuan tidak enak tersebut, Moeldoko menegaskan bahwa negara akan tetap mengusut pelanggaran HAM masa lalu secara fair. Diapun menegaskan tetap menghargai kebebasan berpendapat walaupun telah diusir oleh Aksi Kamisan Semarang.

“Aksi Kamisan inikan bagian dari kebebasan berpendapat yang juga bagian dari HAM. Kita hormati, kita datangi, kita dengarkan aspirasinya. Ini bukti negara, pemerintah hadir,” ujar Moeldoko mantap walaupun telah diusir.

“Tapi kita juga harus fair karena ada persoalan yang tidak mudah diselesaikan untuk kasus HAM masa lalu,” ujar Moeldoko kepada awak media.

Moeldoko juga menegaskan bahwa pembangunan harus terus berjalan, tentu dengan mengedepankan prinsip HAM dan pelestarian lingkungan hidup.

“Namun tolong, pembangunan harus terus kita jalankan. Tentu dengan prinsip-prinsip HAM dan pelestarian lingkungan hidup,” tutupnya.

Sementara itu, Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi tidak mengomentari apapun soal Aksi Kamisan tersebut. (**)

 

 

 

 

 

 

 

 

sigijateng

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *